KISAH SEORANG CORNELIUS SIMANJUNTAK
Tokoh
C.
Simanjuntak : bijaksana. Pandai
bermain musik
T.
Simanjuntak : seorang polisi
yang tegas
Rumina
Siahaan : seorang ibu yang juga
berkecimpung dalam dunia sosial
Binsar
Sitompul : sahabat semasa ia
bersekolah
J. Schouten : guru yang menjadi panutannya
dalam bermusik
Beethoven : idolanya
Franz
Schubert : idolanya
Nobuo
Lida : musisi jepang yang
sering membuat lagu bersamanya
Asrul
Sani : temannya saat
berperang
Suster
(4) : suster yang
merawatnya di rscm saat tertembak
Scene 1
Disuatu
sore dikeluarga simanjuntak. Cornel dan Rumina sedang duduk bersantai diruang
keluarga. Rumina sedang menonton televise dan cornel sedang sibuk bermain
dengan alat musiknya, menunggu Theopilus Simanjuntak yang belum kunjung pulang.
Mengalun music lagu keluarga.
Cornelius : kenapa ayah belum pulang ibu?
Rumina : ayahmu adalah seorang polisi.
Banyak tugas yang mengaruskan ayahmu bekerja lebih lama.
Cornelius : aku ingin menjadi seperti ayah.
Menegakkan keadilan diatas tanah pertiwi ini.
Rumina : tidak. Tidak bisa. Cukup ayahmu
yang berperang.
Cornelius : tapi bu… aku ingin andil dalam
menegakkan kemerdekaan kelak.
Theopilus : ada apa ini?
Cornelius : ibu melarangku menjadi seperti ayah
Theopilus : bukan maksud ibumu seperti itu. kau memiliki
bakat dalam bermusik, sungguh sia-sia jika bakatmu tak bisa tersalurkan.
Scene 2
Di Hollandsch-Inlandsche
School tempat Cornelius bersekolah. Ia berbicara panjang dengan sahabatnya
bernama binsar sitompul. Lagu persahabatan dimainkan.
Binsar S : dengarkan
ini cornel. Bagaimana menurutmu? (memainkan sebuah nada)
Cornelius : kupikir ada yang salah dengan iramanya. Bagaimana kalau diganti menjadi seperti ini. (menunjukan keahlian bermusiknya)
Cornelius : kupikir ada yang salah dengan iramanya. Bagaimana kalau diganti menjadi seperti ini. (menunjukan keahlian bermusiknya)
Binsar S : kau
memang jenius dalam bermusik cornel. Kau juga sangat baik, sering mengajariku.
Terima kasih.
Cornelius : kita
memang harus saling tolong menolong terhadap sesame manusia binsar.
Binsar S : memang
benar. Sepertinya tadi master Schouten mencarimu cornel. Temuilah beliau
dikantornya.
Cornelius : ada apa
master mencariku?
Binsar S : entah.
Cornelius : excuse me
master.
J.
Schouten : ah cornel. Sudah lama aku
menunggumu.
Cornelius : ada apa master mencari saya?
J.
Schouten : ada yang ingin
kuperkenalkan denganmu. Tentu kau sudah mengetahui siapa mereka bukan?
Cornelius : Beethoven dan Franz Schubert??
J.
Schouten : ya. mereka adalah idolamu,
bukan?
Cornelius : tentu, selamat siang. (berjabat
tangan menyapa)
Beethoven : I heard you are so good at music
Franz
S : we heard your song. And
that was so great.
Cornelius : thank you master.
J.
Schouten : mereka berniat akan
mengajarimu lebih dalam dalam bermusik, apa kau mau cornel?
Cornelius : saya… saya…
J.
Schouten : apa ada masalah?
Cornelius : sebenarnya keinginan saya adalah
berperang demi Negara ini master.
J.
Schouten : berperang tak harus dengan
pedang dan senjata dalam peperangan cornel.
Cornelius : maksud master?
J.
Schouten : kau bisa menyuarakan
perangmu melewati music dan lagumu. Itulah kenapa kau kukenalkan dengan 2
musisi dunia ini.
Beethoven : so, are you ready for lesson with us?
Franz
S : khitha berjyanji akhan
mengkhajaryimu menyuarhakhan pikhiranmu. (ala bule)
Cornelius : (tertawa samar) yes
(mereka
pura-pura belajar music)
Scene 3 (3 tahun kemudian)
Setting
rumah. Bukan rumah Cornelius, tapi pake setting yang pertama tadi gapapa.
Cornelius : thank you for the lesson, master. I’m
so glad.
Beethoven : yeah. We glad too.
Franz
S : Remember, cornel. syemua
pasthi adha jhalan.
Cornelius : yes, I will remember that.
Nobuo
Lida : ohio.
Cornelius : master.
Nobuo
Lida : ada apa kau memintaku untuk
datang, cornel?
Cornelius : aku ingin membuat beberapa lagu
tentang perjuangan. Bisakah ada membantuku, master?
Nobuo
Lida : tentu. Aku berpihak pada tentara Indonesia, jadi aku
pasti akan membantumu.
Cornelius : terima kasih.
(2
tahun kemudian)
Cornelius : aku sudah tidak tahan lagi.
Nobuo
Lida : apa maksudmu, cornel?
Cornelius : aku tidak bisa duduk diam sementara
rakyat semua berperang demi Negara.
Nobuo
Lida : kau sudah berperang lewat music
dan lagu perjuanganmu, cornel. kau membangkitkan semangat mereka.
Cornelius : tidak. Kali ini aku harus turun
tangan.
Scene 3
Cornelius : apakah aku bisa membantu disini?
Asrul
Sani : tentu. Kita sangat
kekurangan tenaga disini. Terima kasih.
(berperang.
Cornelius tertembak)
Asrul
Sani : kau tidak boleh mati cornel.
tetaplah terjaga. Aku akan membawamu ke tempat yang lebih aman.
Cornelius : (kesakitan karena tembakan dikakinya)
Scene 4
Asrul
Sani : tolong selamatkan dia.
Suster
1 : cepat ambilkan gunting,
kapas, dan morfin.
Suster
2 : tak ada denyut nadi.
Suster
3 : pasien membutuhkan donor
darah secepatnya.
Suster
4 : ini sus. (memberikan
peralatan kepada suster 1). Kita kehabisan donor darah.
Asrul
Sani : ambilah darahku. Golongan
darahku O.
Suster
1 : baiklah. kita lakukan
operasi segera.
(operasi.
berhasil)
Asrul
Sani : kau harus hidup, cornel.
Suster
2 : sekutu mengepung rscm. Siaga
3.
Suster
3 : Cornelius harus dipindahkan
segera.
Suster
4 : lebih baik kita ersembunyi
dijogjakarta saja.
Scene 5
(Cornelius
tersadar dan selama ia dirawat dirumah sakit ia menulis beberapa karyanya)
Cornelius : uhuk uhuk. (muntah darah. Pingsan)
Suster
3 : pasien tidak sadarkan diri.
Suster
4 : batuk kering stadium akhir.
Suster
1 : lakukan pengecekan listrik.
Suster
2 : nothing.
Suster
3 : tak ada denyut nadi.
Suster
4 : pasien meninggal.
Asrul
Sani : apa? Tidak!! Cornelius!!
(menangis
semua. Sedih atas kepergian Cornelius simanjuntak)
The End
Tidak ada komentar:
Posting Komentar