CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Senin, 29 Januari 2018

Naskah Drama "KISAH SEORANG CORNELIUS SIMANJUNTAK"



KISAH SEORANG CORNELIUS SIMANJUNTAK
Tokoh
C. Simanjuntak            : bijaksana. Pandai bermain musik
T. Simanjuntak            : seorang polisi yang tegas
Rumina Siahaan          : seorang ibu yang juga berkecimpung dalam dunia sosial
Binsar Sitompul           : sahabat semasa ia bersekolah
J. Schouten                  : guru yang menjadi panutannya dalam bermusik
Beethoven                   : idolanya
Franz Schubert            : idolanya
Nobuo Lida                 : musisi jepang yang sering membuat lagu bersamanya
Asrul Sani                    : temannya saat berperang
Suster (4)                     : suster yang merawatnya di rscm saat tertembak

Scene 1
Disuatu sore dikeluarga simanjuntak. Cornel dan Rumina sedang duduk bersantai diruang keluarga. Rumina sedang menonton televise dan cornel sedang sibuk bermain dengan alat musiknya, menunggu Theopilus Simanjuntak yang belum kunjung pulang. Mengalun music lagu keluarga.
Cornelius         : kenapa ayah belum pulang ibu?
Rumina             : ayahmu adalah seorang polisi. Banyak tugas yang mengaruskan ayahmu bekerja lebih lama.
Cornelius          : aku ingin menjadi seperti ayah. Menegakkan keadilan diatas tanah pertiwi ini.
Rumina             : tidak. Tidak bisa. Cukup ayahmu yang berperang.

Cornelius          : tapi bu… aku ingin andil dalam menegakkan kemerdekaan kelak.
Theopilus          : ada apa ini?
Cornelius          : ibu melarangku menjadi seperti ayah
Theopilus          : bukan maksud ibumu seperti itu. kau memiliki bakat dalam bermusik, sungguh sia-sia jika bakatmu tak bisa tersalurkan.

Scene 2
Di Hollandsch-Inlandsche School tempat Cornelius bersekolah. Ia berbicara panjang dengan sahabatnya bernama binsar sitompul. Lagu persahabatan dimainkan.
Binsar S           : dengarkan ini cornel. Bagaimana menurutmu? (memainkan sebuah nada)
Cornelius         : kupikir ada yang salah dengan iramanya. Bagaimana kalau diganti menjadi seperti ini. (menunjukan keahlian bermusiknya)
Binsar S           : kau memang jenius dalam bermusik cornel. Kau juga sangat baik, sering mengajariku. Terima kasih.
Cornelius         : kita memang harus saling tolong menolong terhadap sesame manusia binsar.
Binsar S           : memang benar. Sepertinya tadi master Schouten mencarimu cornel. Temuilah beliau dikantornya.
Cornelius         : ada apa master mencariku?
Binsar S           : entah.

Cornelius         : excuse me master.
J. Schouten      : ah cornel. Sudah lama aku menunggumu.
Cornelius         : ada apa master mencari saya?
J. Schouten      : ada yang ingin kuperkenalkan denganmu. Tentu kau sudah mengetahui siapa mereka bukan?
Cornelius         : Beethoven dan Franz Schubert??
J. Schouten      : ya. mereka adalah idolamu, bukan?
Cornelius         : tentu, selamat siang. (berjabat tangan menyapa)
Beethoven       : I heard you are so good at music
Franz S             : we heard your song. And that was so great.
Cornelius         : thank you master.
J. Schouten      : mereka berniat akan mengajarimu lebih dalam dalam bermusik, apa kau mau cornel?
Cornelius         : saya… saya…
J. Schouten      : apa ada masalah?
Cornelius         : sebenarnya keinginan saya adalah berperang demi Negara ini master.
J. Schouten      : berperang tak harus dengan pedang dan senjata dalam peperangan cornel.
Cornelius         : maksud master?
J. Schouten      : kau bisa menyuarakan perangmu melewati music dan lagumu. Itulah kenapa kau kukenalkan dengan 2 musisi dunia ini.
Beethoven       : so, are you ready for lesson with us?
Franz S             : khitha berjyanji akhan mengkhajaryimu menyuarhakhan pikhiranmu. (ala bule)
Cornelius         : (tertawa samar) yes
(mereka pura-pura belajar music)

Scene 3 (3 tahun kemudian)
Setting rumah. Bukan rumah Cornelius, tapi pake setting yang pertama tadi gapapa.
Cornelius         : thank you for the lesson, master. I’m so glad.
Beethoven       : yeah. We glad too.
Franz S             : Remember, cornel. syemua pasthi adha jhalan.
Cornelius         : yes, I will remember that.

Nobuo Lida     : ohio.
Cornelius         : master.
Nobuo Lida     : ada apa kau memintaku untuk datang, cornel?
Cornelius         : aku ingin membuat beberapa lagu tentang perjuangan. Bisakah ada membantuku, master?
Nobuo Lida     : tentu. Aku  berpihak pada tentara Indonesia, jadi aku pasti akan membantumu.
Cornelius         : terima kasih.
(2 tahun kemudian)
Cornelius         : aku sudah tidak tahan lagi.
Nobuo Lida     : apa maksudmu, cornel?
Cornelius         : aku tidak bisa duduk diam sementara rakyat semua berperang demi Negara.
Nobuo Lida     : kau sudah berperang lewat music dan lagu perjuanganmu, cornel. kau membangkitkan semangat mereka.
Cornelius         : tidak. Kali ini aku harus turun tangan.

Scene 3
Cornelius         : apakah aku bisa membantu disini?
Asrul Sani        : tentu. Kita sangat kekurangan tenaga disini. Terima kasih.
(berperang. Cornelius tertembak)
Asrul Sani        : kau tidak boleh mati cornel. tetaplah terjaga. Aku akan membawamu ke tempat yang lebih aman.
Cornelius         : (kesakitan karena tembakan dikakinya)

Scene 4
Asrul Sani        : tolong selamatkan dia.
Suster 1           : cepat ambilkan gunting, kapas, dan morfin.
Suster 2           : tak ada denyut nadi.
Suster 3           : pasien membutuhkan donor darah secepatnya.
Suster 4           : ini sus. (memberikan peralatan kepada suster 1). Kita kehabisan donor darah.
Asrul Sani        : ambilah darahku. Golongan darahku O.
Suster 1           : baiklah. kita lakukan operasi segera.
(operasi. berhasil)
Asrul Sani        : kau harus hidup, cornel.
Suster 2           : sekutu mengepung rscm. Siaga 3.
Suster 3           : Cornelius harus dipindahkan segera.
Suster 4           : lebih baik kita ersembunyi dijogjakarta saja.
Scene 5
(Cornelius tersadar dan selama ia dirawat dirumah sakit ia menulis beberapa karyanya)
Cornelius         : uhuk uhuk. (muntah darah. Pingsan)
Suster 3           : pasien tidak sadarkan diri.
Suster 4           : batuk kering stadium akhir.
Suster 1           : lakukan pengecekan listrik.
Suster 2           : nothing.
Suster 3           : tak ada denyut nadi.
Suster 4           : pasien meninggal.
Asrul Sani        : apa? Tidak!! Cornelius!!
(menangis semua. Sedih atas kepergian Cornelius simanjuntak)

The End

Tidak ada komentar:

Posting Komentar